Kamis, 28 Oktober 2010

Case Report-Glaukoma Sudut Tertutup Primer

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama   : Ny.UZ
Umur    : 59 tahun
JK        : Perempuan
Agama  : Islam
Bangsa  : Indonesia
 
    II.            ANAMNESIS
Keluhan utama          :  Nyeri pada bola mata kiri
Anamnesis terpimpin:
Dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan memberat dalam 1 minggu terakhir disertai dengan penglihatan yang bertambah kabur secara perlahan-lahan.  Mata merah (+),sakit kepala (+), mual (-), muntah (-), air mata berlebih (-), kotoran  mata berlebih (-).
Riwayat penglihatan menurun pada mata kanan dialami pada tahun 2004 dan sejak tahun 2009  mata kanan pasien tidak bisa melihat sama sekali.
Riwayat menggunakan kaca mata (-). Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-). Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (+).Riwayat trauma pada kedua bola mata (-).

 III.            PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Inspeksi
Pemeriksaan
OD
OS
Palpebra
Edema (-)
Edema (-)
Apparatus lakrimalis
Lakrimasi (-)
Lakrimasi (-)
Silia
Normal
Normal
Konjungtiva
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Kornea
Jernih
Jernih
BMD
Dangkal
Kesan agak dangkal
Iris
Coklat
Coklat
Pupil
Tidak bulat, mid dilatasi
Bulat,
Middilatasi
Lensa
Keruh
Jernih
Gerakan bola mata
Ke segala arah
Ke segala arah













 Palpasi
PALPASI
OD
OS
Tensi okuler
Tn-2
Tn+2
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Massa tumor
Tidak ada
Tidak ada
Pembesaran kelenjar preaurikuler
Tidak ada
Tidak ada

Tonometri
        Non contact tonometri
        OD : tidak dapat terukur
        OS : 63
Visus
         VOD      : 0
         VOS       : 20/200
Campus visual
         OS : central 30-2 Treshold
                 Ditemukan  : sensitivitas yang menurun pada daerah
1.      Perifovea nasal <0,5%
2.      Infero-temporal < 0,5%
3.      Temporal < 1%
4.      Perifovea temporal < 2%
5.      Paramakula < 5%                                 
Color sense
        Tidak dilakukan pemeriksaan
 Light sense
         Tidak dilakukan pemeriksaan
Penyinaran oblik

PENYINARAN OBLIK

PEMERIKSAAN
OD
OS
Konjungtiva
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Kornea
Jernih
Injeksi perikornea
BMD
Dangkal
Kesan agak dangkal
Iris
Coklat
Coklat, kripte (+)
Pupil
Tidak bulat, mid dilatasi
Bulat, middilatasi, RC (+) melambat
Lensa
Keruh
Jernih

Diafanoskopi 
Tidak dilakukan pemeriksaan
 Slit lamp
  SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan dangkal, iris menempel di endotel kornea, coklat, pupil tidak bulat, mid dilatasi, lensa keruh total.
            SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi perikornea, BMD agak dangkal, iris coklat, kripte (+), pupil  bulat, middilatasi, RC (+) melambat, lensa jernih
Gonioskopi
            OS :
    Kuadran superior  : hanya terlihat Schwalbe line (SL) ditemukan pula  Peripheral anterior synechia (PAS)
Kuadran inferior      : hanya terlihat Schwalbe line ( SL )
Kuadran temporal   : hanya terlihat Schwalbe line ( SL )
   Kuadran nasal    : hanya terlihat Schwalbe line (SL) ditemukan pula  Peripheral anterior synechia (PAS)
             
Oftalmoskopi
FOS : refleks fundus (+), papil N. II batas tegas, a/v = 2/3, CDR = 0,8 makula : refleks fovea (+), retina perifer kesan normal.
Laboratorium 
GDS :108 mg/dl
 IV.            RESUME
            Seorang wanita, 59 tahun datang  ke klinik ORBITA dengan nyeri pada bola mata kiri yang dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan memberat dalam 1 minggu terakhir disertai dengan penurunan penglihatan yang terjadi seara perlahan-lahan. Mata merah (+), sakit kepala (+), mual (-), muntah (-), air mata berlebih (-), kotoran  mata berlebih (-). Riwayat penglihatan menurun pada mata kanan dialami pada tahun 2004 dan sejak tahun 2009  mata kanan pasien tidak bisa melihat sama sekali. Riwayat menggunakan kaca mata (-). Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-).Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (+).Riwayat trauma pada kedua bola mata Pada pemeriksaan slit lamp OD didapatkan konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan dangkal, iris menempel di endotel kornea, coklat, pupil tidak bulat, mid dilatasi, lensa keruh total, pada OS (-), injeksi perikornea, BMD agak dangkal, iris coklat, kripte (+), pupil  bulat, middilatasi, RC (+) melambat, lensa jernih. Palpasi OD didapatkan Tn-2, OS didapatkan Tn+2. Pemeriksaan dengan contact tonometry  didapatkan tekanan OD tidak terukur, tekanan OS 63. Visus pada OD O dan OS 20/200.  Pada pemeriksaan permietri Humprey didapatkan   sensitivitas yang menurun pada daerah perifovea nasal <0,5%,  infero-temporal < 0,5%,  temporal < 1%, perifovea temporal < 2%, Paramakula < 5%. Pada pemeriksaan gonioskopi OS hanya terlihat  Schwalbe Line (SL) pada semua kuadran dan terdapat peripheral anterior sinechia (PAS) pada kuadran superior dan nasal. Pada pemeriksaan oftalmoskopi didapatkan reflex fundus (+), papil N.II batas tegas, a/v =2/3, CDR =0,8,  macula: reflex fovea (+), retina perifer kesan normal

    V.            DIAGNOSIS
ODS Glaukoma Primer Sudut Tertutup + OD Atrofi Bulbi

 VI.            PENGOBATAN :
1.      Topikal
C. Timol 0,5%,  2 x 1 gtt OS
2.   Sistemik
      Glaucon tab 3 x 250 mg
      KSR 1x1
      RG Cholin 2 x 1000 mg

VII.            ANJURAN
OD : USG B Scan

           
VIII.            DISKUSI
Pasien ini didiagnosa dengan ODS glaukoma primer sudut tertutup + OD Atrofi Bulbi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan nyeri pada bola mata kiri yang disertai penurunan  penglihatan sejak 1 bulan yang lalu yang memberat 1 minggu terakhir disertai nyeri pada bola mata dan sakit kepala. Pada pemeriksaan slit lamp OD didapatkan konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan dangkal, iris menempel di endotel kornea, coklat, pupil tidak bulat, mid dilatasi, lensa keruh total, pada OS (-), injeksi perikornea, BMD agak dangkal, iris coklat, kripte (+), pupil  bulat, middilatasi, RC (+) melambat, lensa jernih. Palpasi OD didapatkan Tn-2, OS didapatkan Tn+2. Pemeriksaan dengan contact tonometry  didapatkan tekanan OD tidak terukur, tekanan OS 63. Visus pada OD O dan OS 20/200.  Pada pemeriksaan perimetri Humprey didapatkan   sensitivitas yang menurun pada daerah perifovea nasal <0,5%,  infero-temporal < 0,5%,  temporal < 1%, perifovea temporal < 2%, Paramakula < 5%. Pada pemeriksaan gonioskopi OS hanya terlihat  Schwalbe Line (SL) pada semua kuadran dan terdapat peripheral anterior sinechia (PAS) pada kuadran superior dan nasal. Pada pemeriksaan oftalmoskopi didapatkan reflex fundus (+), papil N.II batas tegas, a/v =2/3, CDR =0,8,  macula: reflex fovea (+), retina perifer kesan normal. Dari gejala klinis, didapatkan adanya gejala mata merah yang disertai dengan penurunan penglihatan, pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya peningkatan tekanan intraocular, penurunan sensitivitas penglihatan, dan pembesaran rasio cekungan diskus optikus. Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan oftalmologi yang dilakukan maka pasien ini dapat didiagnosa sebagai glaukoma. Yang mana  glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraokuler. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan. Pada pasien ini tidak ditemukan kelainan lain pada mata sehingga dapat disimpulkan bahwa ini merupakan suatu glaukoma primer.  Hasil pemeriksaan gonioskopi menunjukkan  bahwa glaukoma ini merupakan glaukoma sudut tertutup. Pengobatan glaukoma pada pasien ini ditujukan untuk menurunkan tekanan bola mata dimana peningkatan tekanan ini secara berangsur-angsur dapat mengakibatkan rusaknya papil nervus optik. Pada pasien ini diberikan topikal timol yang merupakan golongan beta blocker yang bekerja menurunkan TIO dengan cara menginhibisi produksi humor akueous . Onset kerja dari beta blocker ini terhadap produksi humor akueous mulai satu jam setelah pemberian sampai empat minggu setelah pengobatan. Glaukagon termasuk golongan karbonik anhidrase yang bekerja menurunkan produksi humor akueous secara langsung dengan mengantagoniskan aktifitas dari epitel siliar karbonik anhidrase sehingga menurunkan produksi humor akueous dan menurunkan TIO. Pemberian KSR pada pasien ini untuk mengatasi efek samping dari glukagon yang menyebabkan hipokalemia.  Selain itu, pasien ini juga diberikan  RG. Cholin yang merupakan suatu neuroprotektor untuk melindungi nervus optic terhadap kerusakan lebih lanjut sehubungan dengan peningkatan tekanan intra okular. Pada pasien ini juga dianjurkan untuk melakukan USG B scan pada OD, yang merupakan tindakan melihat dan memotret alat atau jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang tidak terdengar. Alat ini sangat penting untuk melihat susunan jaringan intraokular.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar